Lemari Baju

Lemari baju di rumah saya ternyata sudah penuh isinya. Tiap hari saya buka, tapi baru kali ini menyadarinya. Mau tak mau, saya pun menyelidiki isi tumpukan itu.

Mengambil helai demi helai, membangkitkan kembali memori saya. Baju batik ini saya beli di sana. Kaos ini adalah oleh-oleh dari kota itu. Kaos yang ini suvenir dari ikut pelatihan.

Dan banyak dari stok di lemari itu yang ternyata sangat jarang saya pakai. Kenyataannya, hanya baju dan celana itu itu saja yang sering saya gunakan. Akhirnya segera saya kemasi isi lemari yang sudah jarang dipakai itu. Dengan memberikannya kepada orang lain, mungkin akan jauh berguna, lebih bermanfaat untuk dikenakan.

Melihat perilaku itu, saya berpikir, tabiat saya ini kok cenderung rakus ya. Perlu hanya beberapa helai baju, tapi serakah menumpuknya. Bahkan akhirnya menyiakannya.

Saya juga prihatin dengan kedermawanan saya. Ternyata masih artifisial, masih rendah mutunya. Berbagi kalau sudah tak memerlukannya lagi. Padahal, kualitas berbagi yang tinggi diperoleh kalau memberikan yang terbaik. Bukan yang sisa.

Berarti puasa yang sudah saya jalani bertahun-tahun ini bisa jadi tidak memberikan pengaruh apa-apa. Saya tidak bisa mengendalikan diri. Bahkan untuk hal-hal yang sepele, hanya urusan baju. Belum urusan masyarakat, ekonomi, budaya, pendidikan, masa depan bangsa dan negara.

Biaya dan Gengsi Jurusan Kuliah

Ingin berbagi dengan menuliskan kembali apa yang telah saya tuliskan di twitter saya @akhdaafif. Semoga bermanfaat

mohon maaf mengganggu timeline rekan-rekan. saya ingin berbagi info dan pengalaman kehidupan pasca SMA cc: @infotegal @tegalcyber

bagi anak-anak daerah, pilihan pasca SMA ini membuat was-was. pertimbangannya banyak: orang tua, teman hingga diri sendiri #kuliah

juga termasuk pilihan kampus dan jurusannya, termasuk pilihan kotanya. variabelnya bikin bingung. takut salah pilihan yang diambil #kuliah

Continue reading

Angkringan++

Ke Jogja kali ini bukan pertama kalinya. Tapi kedatangan kali ini menyisakan cerita yang istimewa. Sejak sampai di jogja pertama kali, badan sudah berasa nggak enak. Apalagi kemudian digelontor AC seharian semalaman. Jadi, badan sudah berasa nggak karuan.

Untung tubuh saya bukan termasuk golongan manja. Masuk angin seperti ini obatnya nggak susah. Dari pengalaman, cukup minum teh panas atau susu jahe, maka angin akan keluar dengan sendirinya 😀

Tapi, tampaknya masuk angin ini lebih ganas dari biasanya. Jor-joran air hangat tidak mempan. Bahkan, pundak dan leher sebelah kanan jadi sangat kaku dan sakit.

Pada malam terakhir di jogja, bersama seorang kawan, kami pun mencari angkringan susu jahe. Berharap bisa membantu mengeluarkan angin bandel ini. Ketemulah kami dengan sebuah angkringan di depan kantor Kedaulatan Rakyat.

Awalnya terlihat biasa. Pesan minuman, lantas ngobrol ringan. Sampai kemudian, kami tahu bahwa si penjual ini orang Brebes. Setelah berbincang singkat, si penjual mengetahui bahwa leher dan pundak saya kaku karena masuk angin. Tanpa disangka, dia menawari mengerik punggung saya.

Awalnya ragu, tapi dia bilang tawarannya serius. Akhirnya, partner angkringan saya membelikan balsem. Dan, dimulailah peristiwa aneh itu: kerikan di angkringan 😀

Angkringannya tidak terlalu ramai saat itu. Sebetulnya risih, karena masih ada pandangan aneh dari pengunjung angkringan sebelah; meskipun agak jauh. Namun, karena badan memang sudah nggak karuan, pasang muka badak akhirnya 😀 Hasilnya bener-bener josss. Badan langsung enakan

Lepas dari apakah kerikan itu bagus atau tidak bagi tubuh, saya belajar banyak dari penjual ini. Keramahan untuk menawarkan kebaikan kepada orang yang baru dikenal. Kesediaan untuk meminta istrinya tidak bekerja, tetap di Brebes, mengurus anaknya yang baru berusia 1 tahun, memberinya ASI. Kemauannya bekerja keras, malam menjual angkringan, pagi buta menjadi penjual koran di persimpangan lampu merah.

Terima kasih Jogja. Saya belajar banyak kali ini

Undangan Premiere dan Bioskop “Pelindung Pantai Amboina”

salah satu persembahan terbaik dari teman SMA 1 Tegal untuk pertiwi. mohon dukungannya

Akhirnya film yang kami buat pada 8th Eagle Awards Documentary Competition akan segera ditayangkan perdana (premiere) di Epicentrum Cinema XXI Jakarta pada 12 September 2012.

Sedangkan untuk penayangan bioskop (info lengkap ada di Poster Attachment), akan dimulai pada 18 September di Cinema XXI di 8 Kota yaitu:

[Medan-Jakarta-Jogjakarta-Makassar] 18-20 September 2012 (Jam tayang : 12.30 WIB dan 14.40 WIB)

[Bandung-Surabaya-Banjarmasin-Palembang] 25-27 September 2012 (Jam tayang : 12.30 WIB dan 14.40 WIB)

Dengan ini pula kami memohon dukungan untuk menjadikan film Pelindung Pantai Amboina menjadi film terfavorit dengan cara ketik SMS:

EA(spasi)PANTAI
k
irim ke 9899

Saksikan pula Behind The Scene (BTS) / Proses pembuatan film Pada hari Sabtu, 8 September pukul 20.00 WIB / 22.00 WIT di Metro TV

Mission (is not) Impossible

tulisan ini terpilih sebagai tulisan terbaik kedua dalam Lomba Menulis Lentera Visioner, Kabupaten Tegal tahun 2012

Kondisi aparat pegawai negeri sipil (PNS) di republik ini tidak pernah lepas dari berbagai sorotan dari masyarakat. Pertama, tentang buruknya pelayanan publik. Bisa dikatakan, masyarakat hampir enggan berurusan dengan pemerintah. Kalaupun iya, itupun karena tidak ada alternatif lain. Mengapa demikian? Ketika masyarakat bersentuhan dengan sistem pelayanan publik, bukanlah solusi, melainkan banyak masalah yang akan mereka dapatkan. Dimulai dari rumitnya birokrasi, harus adanya uang pelicin untuk memperlancar sesuatu, pelayanan yang tidak ramah, dan sebagainya. Kebobrokan ini sudah menjadi rahasia publik. Bahkan dari tingkat birokrasi yang paling rendah sekalipun. Jangan berharap akan mendapatkan layanan yang baik jika tidak ada koneksi atau punya backing di institusi pemerintahan terkait. Menurut Ketua Ombudsman RI, Danang Girindrawardana mengatakan, rendahnya kualitas pelayanan publik dipengaruhi rendahnya kualitas kebijakan dan sumber daya manusia (SDM).

Continue reading

Kepemimpinan Orang-orang Kalah

karya ini ditulis oleh Rhenald Kasali, saya copy dari sini

JOKO Widodo yang maju dalam pencalonan gubernur DKI Jakarta mengatakan dirinya tak punya uang. Maka, ia pun menjadi bingung saat dituding telah menjalankan politik uang.

Pertarungan antara kubu Joko Widodo-Basuki T Purnama dan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli masih terus berlangsung, seperti halnya yang dihadapi hampir semua kontestan pilkada dari Aceh hingga Papua. Dalam banyak kesempatan selalu ditemui babak selanjutnya.
Continue reading

Kisah Dua Tahun

Apa yang membuatmu berbisnis kaos? Itu pertanyaan mula-mula yang saya tanyakan kepada diri saya sendiri dua tahun yang lalu. Tidak ada pengalaman dengan bisnis kaos. Tidak jago mendesain. Bahkan, tidak mengerti apa saja yang harus dipersiapkan. Namun, sorot mata yang menandakan keyakinan dari teman-temanlah yang akhirnya memantapkan pilihan kami untuk memulainya.

Maka perjalanan dua tahun, per 1 Agustus 2012 lalu, adalah keajaiban, paling tidak bagi diri saya sendiri. Tidak pernah terpikir bahwa bisnis ini masih sanggup berdiri. Bahkan bisa membuka dua kios dan menghidupi seorang karyawan penuh. Banyak pelajaran dan pengalaman berharga yang kami peroleh. Konflik dengan pencetak kaos, disemprot konsumen, dipandang sebelah mata, diacuhkan, menjadi menu harian.
Continue reading

Maafkan Kami Ramadhan, Jika Kami Belum Banyak Berbagi

ditulis oleh Sulthan Hadi, dimuat di Tarbawi edisi 257

Ramadhan tidak hanya dikenal sebagai bulan ibadah. Ia juga simbol kedermawanan. Allah swt memperlihatkan kemurahan-Nya di dalam hari-harinya dengan limpahan rahmat-Nya, maghfirah-Nya dan pembebasan-Nya dari api neraka, dan menjadikan yang terbaik dia antara manusia, yang paling pemurah dan paling banyak berbagi. Prestasi itu kemudian disematkan kepada Raulullah saw karena kemurahannya yang berlipat-lipat ketika Ramadhan datang.

Sejatinya, Rasulullah saw memang manusia pemurah. Tak ada dirham atau makanan yang pernah menginap di rumahnya, kecuali beliau sedekahkan. Tapi Ramadhan datang kepada manusia dengan semangat, motivasi, dan pahala berbagi yang begitu besar. Maka sifat murah hati Rasulullah pun kian berlipat, sehingga berhimpunlah dua kemurahan dalam diri beliau; kemurahan Ramadhan dan kemurahan diri beliau sendiri.
Continue reading

Mencari Keberkahan

Bagi banyak orang, bukti bahwa Allah menyayanginya diartikan dengan diberikan baginya kebahagiaan dan kelebihan. Biasanya parameternya materi. Tidak salah, sebetulnya. Namun, tak sepenuhnya tepat.

Harta, jika ia dimiliki jiwa yang bersih, maka akan bermanfaat keberadaannya. Kalau kata salah seorang guru saya, salah satu tanda keberkahan orang kaya adalah ia akan membeli kendaraan yang daya muatnya banyak. Karena dengan kapasitas itu, bisa ia mengajak tetangganya atau meminjamkan untuk acara masyarakat atau syiar Islam.

Anda bisa setuju atau tidak dengan pernyataan guru saya itu. Tapi, fakta membuktikan, keberkahan justru datang dari memberi. Rezeki tak disangka, datang tiba-tiba saat derma kita perbanyak.

Kunci utamanya adalah rasa syukur. Ada dan tidaknya materi bukan jadi masalah utama. Kata Ustadz Yusuf Mansur, apapun kondisinya, doanya cuma satu: alhamdulillah.

Bulan Ramadhan sekarang bisa menjadi media pengasah kesyukuran kita. Mumpung masih awal. Semoga tidak terlambat. Insya Allah.

Mengapa Awal Ramadhan Kita Berbeda?

Berikut adalah kutipan kultwit dari Ustadz Salim A Fillah (@salimafillah) tentang bedanya penentuan masuknya bulan baru dalam kalender Hijriah. Sederhana, tapi komprehensif. Selamat menyimak!

1. Hari ini; yang lebih penting dari Jumat atau Sabtu adalah; mengilmui mengapa terjadi beda yang demikian; lalu beramal sesuai ilmu teryakini.

2. Perbedaannya mencakup banyak segi mendasar. Secara sederhana, pertama; apakah ta’rif HILAL yang termaktub dalam QS 2: 189 & berbagai hadits?
Continue reading